Kamis, 07 April 2011

Anak-anakku masuk sekolah (lagi)

Subhanallah, betapa besar anugerah yang kau berikan pada hamba-hambamu di jagat raya ini.

Anugerah yang tak ternilai bagi manusia adalah keturunannya. Bagiku, anak-anakku adalah sumber inspirasi dan kebahagiaan yang tiada putus-purusnya. Subhanallah..

Terimakasih ya Allah..

Tahun ini anakku yang pertama, Hanif Ibrahim Mumtaz, akan melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Oim, nama panggilannya, insya Allah ingin melanjutkan kuliah kuliah di jurusan hukum.

Oim tak sabar ingin segera kuliah, karena, katanya, dia tidak akan lagi bertemu dengan ilmu-ilmu yang "tak berguna dan menghabiskan waktu" haaa???

Emangnya ada Im, ilmu yang tak berguna? Kalau mamah sih tahunya cuma ada

"ilmu.... yang berguna... slalu dilimpahkan... untuk bekalku ..nantiiii"

Ternyata maksud dia adalah ketika di SMA sekarang ini, dia mempelajari banyak bidang ilmu yang tidak sesuai dengan "kebutuhannya saat ini", yang sesuai dengan "jurusan" yang dia kehendaki.

Kata si Oim, seharusnya anak- anak Indonesia ini tidak terlau dijejali berbagai mata pelajaran yang, jika sudah usai ulangan, menguap begitu saja ditelan angin lalu, seiring terbangnya kertas-kertas ulangan ke tempat sampah..

Tetapi, ajarilah mereka beberapa matapelajaran saja, yang "menyenangkan,berguna, dan membumi", tapi mendalam, sehingga ketika lulus sekolah nanti bisa dipraktekkan di rumah sendiri...

begitu kata si Oim.

Dia bermimpi menjadi seorang pengacara yang Soleh, katanya. Untuk cita-citanya itu, sekarang Oim sedang rajin belajar. Dia ikut bimbel di sekolahnya, dan juga di tempat les, sebuah lembaga yang bernama Nurul Fikri di Pondok Labu, Jaksel.

Di rumah, Oim juga lebih rajin dari biasanya (ehm). Selain membaca buku-buku paket sekolah, ia juga nonton film2 yang bertema hukum yang sub titlenya bahasa Inggris.

Jadi ada 3 macam Ujian yang harus dihadapi Oim dalam waktu dekat ini, yaitu UAS, UAN dan SENAMPTN.

Semoga cita-cita Oim tercapai.

Putriku yang kedua, Nadezhda Mariam Mumtaz, atau Teta, sudah akan menyelesaikan SMP nya dan akan melanjutkan ke SMK. Teta ingin mendalami ilmu Tata Boga. Ia beralasan, biar sering makan kue dan masakan lezat, maka ia ingin menjadi koki di restoran.

Dibandingkan Oim, sikap Teta lebih santai dalam menghadapi ujian akhir. Atau mungkin Teta tidak terlalu ekspressif sehingga jarang terdengar kekhawatiran atau keluh kesah.

Sayangnya, tidak ada SMK yang dekat dari rumah kami di daerah Ciputat, yang ada jurusan memasak, sehingga kami harus mencari SMK yang lebih jauh, yaitu di Kebeyoran Baru atau Ragunan.

Pada akhirnya, aku akan mendukung dimanapun Teta sekolah, asalkan niatnya memang lurus untuk mencari ilmu.

Kejarlah cita-citamu Teta.. dan tersenyumlah!

Semoga lulus ya Tet...

Nah, yang lain, yang ke tiga...
Inilah dia...Ola

Ola ingin menjadi penyiar Radio dan animator/ilustrator majalah. Dua-duanya di bidang media komunikasi. Demi cita-citanya itu Ola sangat intens mengikuti pelajaran apapun yang disuguhkan gurunya.

Ola memang beda. Dia sangat taat pada gurunya. Sehingga tak heran jika dia sering membawa pulang piala: juara story telling, juara menulis karangan, juara membaca ayat dan puisi Alquran, dsb.

Tapi tak urung, Ola sering lelah dan tertekan. sehingga dia sering manyun... nyunn

Trakhir, Si kakak... atau Cinta

Cita-cita kakak pada awalnya ingin jadi jerapah.. karena Jerapah itu tinggi dan cantik kali ya. Tapi akhir-akhir ini cita-citanya berubah. Ia ingin menjadi polisi wanita dan guru menari.

Kakak baru mau masuk SD sekarang dan dia mulai menyiapkan segala sesuatunya. Pulpen, pensil, penggaris.

Oya, kakak juga berniat pergi haji kalau celengan plastik ayamnya udah penuh. Dia memasukkan koin seratusan, limaratusan, seribuan... dan juga lembaran seribu sampai limapuluh ribuan.

Ketika aku kehabisan uang belanja dan aku pinjam, dia menolak dan keukeuh uangnya diperuntukkan buat pergi haji nanti bareng sama mama.

Suatu saat, ketika aku akan memasukkan uang sepuluh ribuan, kuangkat si ayam... kok ringan?

ternyata di bagian bawah si ayam, maaf, pantatnya ada yang merobek dengan rapi, sepertinya pakai silet. Dan...

Oh, kakak kecewa... ternyata kosong... hanya ada uang recehan yang tak berarti..

Uang kakak hilang di telan bumi... (pasti orang dewasa yang mencuri, mengingat sayatannya sangat rapi, hiks)

Semoga kakak cepat jadi polisi dan guru nari sehingga celengan ayamnya penuh lagi. Amin.

Hehehe

Ciputat, 14 April 2011.