Selasa, 19 Agustus 2008

Oim dan sunat

Seringkali kita, (kita? lo doang kalee, gue nggak!) sebagai orang tua merasa berlebihan menyikapi perkembangan anak. Karena merasa ia istimewa, kami kadang "terlalu bersuka cita" (over-estimated>) dengan anggapan-anggapan kami sendiri. Padahal yang orang tua pikir (parents' thought) belum tentu sama dengan yang anak pikir (children' thought). Bahkan tak jarang bertolak belakang.

When my little Oim (waktu itu 7 tahun) yang sudah terbiasa Solat dan Jum'atan tiba-tiba minta disunat, tentu saja aku dan suami merasa senang dan terkejut, senang karena mengetahui jalu kami seusia itu udah ngerti kewajibannya sbg anak lelaki, tapi terkejut karena kok seperti terburu-buru.

Waktu itu hari kamis, dan dia minta disunat hari Jumat keesokan harinya.

"Ha? besok Im?" tanyaku
"tapi gapapa deh..boleh.." kata ayahnya. Kamipun sepakat.
Selain tidak perlu repot-repot lagi mencari waktu lain, juga (kami pikir)Oim sudah paham akan mulia dan berkahnya hari Jumat, hari besar umat Islam.

Tentu saja kami 'pakepuk' mempersiapkan segala sesuatunya; mental dan spiritual, fisik dan material (buzz!). Kamipun telpon ke klinik terdekat untuk menanyakan kemungkinan bisa/tidaknya Oim disunat besok.

"Ok, besok dokternya bisa. Tapi di rumah,ibu tinggal dimana?" kata petugas klinik. Wah..seperti private doctor,kami was-was, takut biayanya lebih mahal.

"Nggak kok bu, tarif biasa, laser rp 125 ribu, ini karena dokternya sekalian mau ke klinik lain, jadi lewatin rumah ibu1" jelas si petugas panjang lebar.

Singkat cerita, Alhamdulillah, selesailah si kulup disunat. Setelah dokter pulang dan Oim berbaring, sambil menyuapinya aku bertanya pada Oim, kenapa ia mau disunat pada hari Jumat.

Dengan santai ia menjawab
"Karena Oim males diajak Solat Jumat ke mesjid sama papa....abis lama khotbahnya.."

ha?

Tidak ada komentar: