Senin, 25 Agustus 2008

remaja dan rokok

Cancerous Human Lung and our beloved son, Oim (Haneev)

Look Oim..This dissection of human lung tissue shows light-colored cancerous tissue in the center of the photograph. At bottom center lies the heart. While normal lung tissue is light pink in color, the tissue surrounding the cancer is black and airless, the result of a tarlike residue left by cigarette smoke. Most lung cancer begins in the cells lining the main air passages, or bronchi. In their cancerous state, these cells lack the cilia that normally catch and eliminate foreign particles inhaled into the lung. Mucous ordinarily cleared by bronchial cilia becomes trapped, blocking air passages. Lung cancer accounts for the largest percentage of cancer deaths in the United States, and cigarette smoking is directly responsible for the majority of these cases. (Ngarti teu daria rok?)
Microsoft ® Encarta ® 2008. © 1993-2007 Microsoft Corporation. All rights reserved.

Setiap orang tua yang normal pasti menginginkan anaknya tumbuh secara sehat lahir dan bathin. Begitu pula aku dan suamiku menginginkan anak-anak kami demikian adanya. Kami tak ingin anak-anak kami kena penyakit paru2 misalnya.

Aku masih ingat. Setiap kali aku hamil, Ayad suamiku, (bisi teucan nyaho…Muayad tea, nu pangkasepna!) kerap berdoa sambil mengusap-usap perutku dengan kata-kata: “Ya Allah……semoga anak kami sehat…lahir dan bathin…”

Nah, ketika Oim menginjak usia remaja dan melihat bahwa teman-temannya merokok (maaf ya Im, mamah tulis ini), aku mulai khawatir bahwa doa suamiku itu takkan terkabul. Jika saja suamiku yang tak merokok itu masih ada (hiks..), mungkin aku tidak semasgul sekarang ini. Dan…

Mulailah meluncur cerita seram ini…. cerita langsung dari mulut anakku sendiri (Kejadian nyata..pandangan mata, nama dan tempat kejadian tidak dirubah demi menghormati pelaku).
Aku mendengarkannya bercerita dengan takzim…plus dag-dig-dug..
Pada suatu pagi di musim hujan, Oim dan teman-temannya sekelasnya pergi camping ke Sukabumi. ( Serem kan? Eh, belom ya..)

Di jalan yang basah oleh air hujan, mobil truk tentara yang membawa puluhan anak-anak innocent itu melaju meninggalkan Jakarta itu menuju tempat kemping di daerah yang sejuk itu. Seorang guru muda menemani mereka di belakang.

Anak-anak itu rupanya ingin sekali merokok. Pasti haneut..euy (anget). Tapi gimana yaa, ada pak guru. Bahaya!!! Dalam UUSS (Undang Undang Siswa Sekolah, istilah baru, red.) ketahuan merokok artinya terkena poin 50%, yang berakibat skorsing. Jika angka itu ditambahkan dengan ‘dosa-dosa’ mereka sebelum atau sesudahnya, mereka bisa dikeluarkan.

Sang guru yang mengusik kebebasan berekspressi anak-anak pentil itu (maaf, bahasa sunda, artinya masih muda banget) dirayu oleh mereka agar pindah ke depan. Celakanya, pak guru itu mau saja. Mungkin beliau mau merokok juga di depan, hihi.
Maka cerita selanjutnya bisa ditebak. Asap rokok mengepul dari mulut-mulut mungil itu, berebutan menari-nari keluar dari gerobak truk tentara, laksana kereta api dari Jakarta ke Menes-Labuan pada tahun 70-an.

“Bener, mah.. kayak kabut di puncak, gitu” kata Oim meyakinkanku. Sepertinya dia menceritakan sesuatu yang indah sekali.
Lalu para calon pemimpin bangsa yang akan berkemah pramuka-osis itupun tertawa-tawa ditingkahi suara truk yang menderu.

(Nafasku mulai turun-naik,tersengal-sengal)
“Laju Oim kumaha?” tanyaku harap-harap cemas.
“Atuhh…sarua bae…” Senyumnya mengembang.
“Haaaaa???” Nyaris aku mati kekagetan .
“Habis berapa b-a-ta-n-g?”tanyaku terbata-bata. Kalau punya penyakit asma, kambuh deh benge’kku.

“du..a..” katanya tak kalah kagetnya. Sepertinya Ia kaget karena melihatku kaget.

Pembaca, selama ini memang dia suka bercerita, tentang apa saja, tapi hanya sebatas cerita biasa, perihal tingkah polah dia dan teman-temannya. Tapi ceritanya kali ini membuat mataku hampir loncat dari kelopaknya.

Mungkin obrolan, canda, seloroh, akhirnya menjadi suatu kesan yang mendalam lalu menginspirasi, hingga ia menjadi terobsesi untuk mencoba sesuatu. Sesuatu yang menurut peers (panutan)nya enak, nyaman, seru, gaul, atau entah apa lagi namanya.

Pengaruh lingkungan, kata guru BK di sekolah tempatku mengajar. Tapi..
“Bukan mah… bukan salah mereka.. Oim mau coba sendiri kok..soalnya rokok itu…..seungit (harum)” katanya sambil mengangkat alisnya.

Astaghfirullah…
“Nak… bukankah…guru kalian melarang keras merokok?”
“Ya iyaalah kalo ketahuan mah” jawabnya dengan senyum penuh kemenangan.

Bahagianya para remaja jika berhasil mengolok-olok orang tua atau gurunya. Bagaikan anak panah yang menghujam dada. BAGIKU INI BUKANLAH HAL YANG LUTJU dan PATUT DIRAYAKAN. ANAK-ANAK ITU SUDAH TIDAK JUJUR. DAN ITU BERARTI PROSES DEKADENSI MORAL mulai melanda GENERASI MUDA kita. Huh!

Well, aku punya ide..
“Kalau begitu mamah mau….” Belum selesai aku bicara, ia sudah dapat menangkap maksudnya.
“Jangan! Awas kalau mamah lapor pada guru!” ancamnya serius. “Oim akan di bully teman-teman, dan semua orang bisa kena, termasuk Oim.”

Entah mendapat kekuatan dari mana, (Oya, tentu saja dari sang Maha Pemberi Kekuatan), Alhamdulillah, kita, manusia, dikaruniai otak dan hati. Aku tersenyum menyadari hal ini. Suaraku menurun.
“Kalau begitu keinginanmu, baiklah.. berarti kamu memperingan pekerjaan mama,” kataku sambil membaca bismillah dalam hati.
“Maksudnya?”

“Mamah tidak perlu membuang-buang waktu untuk datang ke sekolahmu dan mengurusi anak-anak orang lain itu” jawabku dengan memberi tekanan pada kata-kata ‘anak-anak orang lain’, “Biar ibunya masing-masing yang ngurusin!”

“Kecuali bila disebut khusus!” kali suarakunaik lagi, penuh semangat, seperti suara pembaca berita RRI Jakarta yang memberitahu harga wortel tanpa daun- di pagi hari
Aku sangat bersyukur dapat mengatakan hal ini. “Mama hanya akan mengurus anak mama sendiri!”

Dia diam. “Get what I mean??” tanyaku mendesak, menuntut jawabannya.
“Ya, artinya, jika Oim masih coba-coba merokok, maka mama akan datang ke sekolah.., iya, kan?”

Aku mengangguk mengiyakan.
Mumpung belum terlanjur. Ia harus memilih; Jika ia memilih merokok, maka seluruh hidupnya akan digadaikan pada benda kecil bulat panjang yang akan merusak janin,menyebabkan kanker dlsb itu.

Jika ia memilih diejek kawan untuk sementara, maka berarti ia memilih kemenangan. Jangan Kuatir anak muda, jalan masih panjang. Kawan masih banyak. Kata Opick, jika mau berbahagia, maka..”Berkumpullah dengan orang soleh..”
GO Oim, Go Champion!!!

5 komentar:

sk8r-F mengatakan...

Huh, saya diekspos!

jojo mengatakan...

wah, aku juga harus siap-siap nih menghadapi masa remaja Damar dan Ang... thanks ya for sharing, jadi punya gambaran kayak apa dunia mereka nanti.... :-)

Renno Yose Rizal mengatakan...

saya menangis membaca blog bibi yg ini...
huaaaaa....
betapa besarnya kasih sayang seorang ibu pada anaknya..
Subhanallah

e-ndoh mengatakan...

really a? love you... and be a good son for your parents. Insya Allah

Unknown mengatakan...

innalloha jamiilun yuhibbul jamaal, innallooha thottibun laa yaqbalu illaa thoyyiban. meskipun nash tetang rokok tidak secara eksplisit mengharamkan rokok, tetapi bagi sebagian yg tidak menyukainya tetap saja roko itu tidak baik, dan bagi yang menyukainya, memperlakukan roko harus baik, artinya milih-milih tempat di mana sebaiknya merokok, milih-milih waktu kapan merokok yang tepat. seuju tuh dengan perda rokok yang dikeluarkan pemerintah DKI jakarta beberapa waktu lalu