Kamis, 17 Maret 2011

KISAH SUKSES MANG LILI

Lili Nahriri pada Dialog Pendidikan di Madrasah MA Majau

“Perkenalkan, Nama saya Lili Nahriri, Alamat Sodong, Pendidikan Aliyah Mathlaul Anwar, Al azhar Mesir, dan S2 PTIQ Jakarta.”

Ia memperkenalkan dirinya. Anak muda ini datang tepat waktu yang dijanjikan, tapi acara dialog tersebut mulai setangah jam sesudahnya. Dia harus menunggu para hadirin yang justru mengundangnya. (memalukan!)

“Bagaimana kita mau meningkatkan Kualitas Pendidikan kita, “ katanya memulai, “kalau guru-guru saja terbiasa datang terlambat, dan hari ini kita juga mulai acara dengan terlambat!” ungkapnya tegas.

Guru-guru yang merasa terlambat nyengir kuda. Acarapun dilanjutkan.

Mang lili bercerita bahwa sebagai putra desa, ia sekolah di sekolah biasa seperti kita.

“Di leuweung atuh…. Di Cikaliung.. (dari arah Sodong menuju Langan Sari)” katanya.

Pada saat itu sekolah yang dikelilingi kebon karet tersebut hanya ‘dihuni’ oleh beberapa siswa saja,. Dibandingkan sekolah-sekolah lain yang favorit , sekolah itu sangat jauh tertinggal.

Tapi…

“Disinilah kita diuji..kita mau belajar kan? Mau mencari ilmu? Bukan mencari banyaknya teman, dan gedung yang megah serta fasilitas yang lengkap”. Katanya .
Jadi dia bersungguh-sungguh belajar. Sepulang sekolah ia masih belajar lagi.

Maka ia mendatangi guru-guru senior untuk menuntaskan dahaganya dalam mencari ilmu. Dia menyebut Pak Muksin, pak Mahnun, dll.

Namun demikian tidak semua guru yang ia datangi merespon positif harapannya. Mungkin ia dianggap masih terlalu kecil untuk dianggap serius dalam mempelajari ilmu-ilmu yang sulit . Maka iapun melakukannya sendiri.

Dibacanya tafsir-tafsir Alquran, hadits-hadits, dan kitab-kitab kuning yang rumit. Dilawannya rasa malas dan kantuk. Ia belajar di sekolah di siang hari, ngaji di sore hari, dan membaca di tengah malam.

Setelah lulus, Alhamdulillah, Ia kemudian beruntung dapat melanjutkan sekolahnya di Mesir, sebuah tempat yang diidamkannya.

"Untuk dapat kuliah disini seseorang harus memenuhi kualifikasi tertentu. Selain kemampuan bahasa Arab yang fasih, juga kecakapan lain seperti menghafal Aquran dan pengetahuan umum. Hal ini hanya akan bisa dimiliki oleh mereka yang belajarnya sangat serius tentunya, bukan?

Selama empat tahun disana, ia tak jarang menemui kesulitan. Keuangannya terbatas sehingga ia kadang-kadang kelaparan. Jika sudah seperti ini, tak malu-malu ia mengerjakan apa saja yang akan mendapatkan uang sekedar untuk membeli sepotong roti atau sepiring nasi.

Ia mencuci piring di restoran, menjadi tukang parkir, ataupun mengerjakakan pekerjaan kasar lainnya. Padahal jika ia mau, bisa saja ia meminta orang tuanya mengirim kan uang untuknya. Orang tuanya adalah orang yang terbilang mampu, dan sangat concern terhadap pendidikan anak-anaknya.

Tapi itu tidak ia lakukan. Ia ingin melatih dirinya menjadi seorang pemuda yang tangguh dan mandiri.

Alhamdulillah, Ia dapat menyelesaikan sekolahnya tepat pada waktunya, dan pada usia muda (21 tahun?) ia telah selesai S2.

Subhanallah,

Pada saat banyak teman-teman seusianya sedang gandrung pada pola hidup santai, gemar membacarakan gaya hidup masa kini, mang Lili membuktikan bahwa ia bisa hidup lebih bermakna, dan tentunya merasa lebih gembira.
Mang Lili telah memberi contoh pada anak-anak muda lainnya bahwa dengan kesungguhan, dia dapat mengatasi berbagai kesulitan.

Inspiring!

Semoga siswa-siswa Madrasah Majau segera menyusul!

2 komentar:

fifi mengatakan...

mang lili anu mana?
beuh bibi mani kasemsem ku mang lili....

e-ndoh mengatakan...

puguh bibi mah sok resep bae kanu pinter jeung sungguh-sungguh, lamun can aya nu gaduh mah mang lili rek di pulung minantu