Senin, 07 Maret 2011

Nukilan buku, Dzikir, Karya Abdurrahman dan Miftah Faridl

Sebuah Renungan buat Fifi... my lovely niece

Teh,

sudahkah kau mengikuti nasehat bibi untuk menggunakan waktumu sebaik-baiknya?

Setiap kali kamu berkunjung ke rumahku, aku selalu menyodorkan setumpuk buku-buku. Ada yang berukuran besar, ada yang kecil, ada yang colour, ada yang polos, bergambar atau tidak. Kamu diam.

Aku juga memperlihatkan banyak buku menarik; Novel, biografi, majalah gaul, komik, dsb. Kamu manyun.

Semuanya kusuguhkan, dengan senyum termanisku agar dikau menyambutnya dengan gembira.
Tapi kulihat engkau tidak tertarik, selalu murung, dan mata indahmu memandangku dengan hampa.

Aku tidak mengerti, mengapa ada mahluk semacam dirimu yang begitu gloomy dan sentimentil. Kau menyiratkan ketidaktertarikan yang kental dengan tawaran terbaikku.

Fifi,

Kadang kita terlena dan tak sadar bahwa setiap detik adalah waktu yang sangat berharga. Cobalah Fi, duduklah dengan tenang, dan perhatikanlah jam tanganmu. lihatlah jarum detiknya. Dia akan berjalan terus, detik demi detik, tak akan berhenti.

Jikapun dia berhenti, paling-paling karena baterenya drop, aus. Tapi waktu tidak akan berhenti Fi. Dia berjalan, terus... terus... sampai nanti tiba saatnya sang waktu berakhir.

Sayangku,

Simpanlah handphonemu, matikan tv dan radio. jauhkan musik-musik sentimental dan lagu-lagu cinta yang cengeng.

Berdiri tegaklah. Dan pergilah...

You can go to a library or bookstore. Atau ke masjid yang sunyi di pagi hari. Membacalah dan berdzikirlah, maka dikau akan berbahagia. Yaqin.
Pilihlah sebuah buku, dan bacalah.

Fi...

Salah satunya adalah sebuah buku tentang Dzikir. Ini bb kebetulan ada bukunya. Nggak maksa sih...Cuma option aja, karena dikau dapat memilih diantara banyak buku-buku dzikir yang lain. Tapi percayalah, kau jauh akan menjadi orang yang beruntung jika lebih memilih membaca buku ini dibandingkan tidak berbuat apa-apa.


Ditulis oleh Abdurrahman dan Miftah Farid di bandung, buku ini berjudul "Dzikir", merupakan buku saku. praktis dan mudah dibawa kemana-mana.

Memiliki pembukaan yang lengkap, buku ini memberi keleluasaan pemikiran kita untuk
tidak hanya melakukan zikir secara ritual, tapi juga memahami filosofinya, mengapa manusia memerlukan dzikir dalam hidupnya.

Lihatlah kata penulisnya,
"Derita dan gembira akan datang silih berganti, menghadang setiap insan yang hidup di dunia ini.

Kehidupan duniawi diwarnai oleh pergantian yang harmonis antara dua kejadian yang justru bertentangan. Sebab kenikmatan baru dapat dirasakan sebagai sesuatu yang benar-benar nikmat apabila diawali dengan kepahitan dan kesulitan. (hal 1)

Fifi, aku tahu kamu sedang sedih. Kamu ingin keluar dari dilema Cinta yang tak bertepi. Tapi dengarkanlah 'petuah bibimu ini.

Setiap kita lapar di pagi hari, pasti kita menginginkan makanan. Jika makanan sudah tersedia, dan kita makan, kita pasti kenyang. Kalau sudah kenyang pasti teteh tidak mau dipaksa untuk menambah makanan, walaupun yang ditawarkan lebih lezat dari sebelumnya.

Jika makan siang tiba, pasti kita ingin menu yang berbeda. walaupun bahan pokoknya sama, masti ada modifikasi dalam pola masak.

Kata buku itu,"Kenikmatan yang terus menerus akan menumbuhkan kejenuhan dan kebosanan yang pada saatnya tidak menjadi kenikmatan lagi". "Harmoni kehidupan akan dapat dirasakan apabila terjadi perbedaan dan pergantian" (hal 2)

Jadi, kenikmatan yang kita bayangkan padamulanya, akan terasa biasa jika kita sudah memperolehnya.

Maka, jika kita memperoleh karunia cinta atau kesuksesan, bersiaplah untuk menghadapi kegagalan dan penderitaan, begitu pula jika kita sedang berduka, janganlah kita berputus asa, karena "sesungguhnya setelah kesulitan akan ada kemudahan"

Nah,
jikapun kita ingin melestarikannya, kita harus merubah paradigma suka-duka itu menjadi satu kata, "nikmat".

Kata Ebiet G,Ade,

"bencana dan keberuntungan, sama-sama nikmat..
"Percaya kepada takdir hidup terasa lega"


Ketika kita merasa demikian, kita akan menghadapinya dengan syukur. Lain syakartum laaziidannakum, walain kafartum inna 'azaabii lasyadiid..

Well, Lovely Fifi
Salah satu car bersyukur adalah dengan banyak berbuat baik disetiap detik waktumu.
Berbuat baik itu banyak sekali, nak... kamu pasti tahu itu.
ingatlah surah Al-ashri yang kau baca hampir setiap hari.

Cara lain adalah dengan banyak berdzikir, mengungat sambil membaca kebesaran Allah.
Untuk memudahkannya bacalah buku ini, (nanti bibi pinjami deh!)

5 komentar:

Unknown mengatakan...

alaa bidzikrillahi tathmainnul quluub

Unknown mengatakan...

tandus qolbu, kering hati, kerontang jiwa pasti pasti pasti Allah akan suburkan kembali jikalau dzikir itu dilakukan di sepanjang hayat dalam kondisi mampu berdiri atau sambil duduk atau sambil berbaring sekalipun sambil pula bertafakkur tentang makhluk dan ekploitasi/pemanfaatan alam untuk kemakmuran dan kesejah teraan sebagai bekal ibadah. alladziina yadzkuruuna allooha qiyaaman wa qu'uudan wa 'alaa junuubihim

Unknown mengatakan...

wayatafakkaruuna fii khplqillaah robbanaa maa kholaqta haadzaa baathilaa subhaanaka faqinaa 'adzaaban naar.

e-ndoh mengatakan...

dzikir itu cukup lisan dan hati aja ya? maksudnya ada idak zikir dalam bentuk action ke sesama sambil mengingat Allah?

Renno Yose Rizal mengatakan...

bibi, si bebep itu udah ngga galau lagi.
tapi insya Allah... akan kami cari tau buku yang engkau maksud.
visit my blog
bengkulusakinah.blogspot.com