Kamis, 03 Maret 2011

(Mosque as a place for schooling)

Belajar dari mesjid LDII

(renungan buat para kiyai, ustadz, penceramah, guru agama)


Written originally by :Mahfudhoh

Masjid, dalam pemahaman saya adalah tempat untuk sujud, tempat manusia mengembalikan seluruh rasanya, seluruh egonya.

Yes, it is a place for rely on everything we have in our mind.

Di masjidlah tempat manusia mencurahkan keluh kesah, rasa bangga, terimakasih, syukur, juga untuk bersosialisasi.

Di masjid pula kita menghilangkan rasa dahaga untuk menghirup ilmu, karena dengan ilmulah kita dapat menjalankan ibadah dengan benar.

Maka dalam kesimpulan awam saya, masjid adalah pusat kebaikan dari segala kebaikan.

Dengan demikian sudah seyogianyalah setiap mesjid di dunia ini membuka diri untuk kepentingan ummatnya dalam memfasilitasi pendidikan dalam rangka mem bangun umat Islam dalam peradaban dunia.

Selain membuka kelas dan perpustakaan, mesjid juga di harapkan untuk memberi ruang dan kesempatan pada para jamaahnya untuk mengkaji ilmu dan mengadakan berbagai kegiatan keilmuan sesuai dengan kebutuhan mereka.

Tentu saja keadaan ini tidak akan mengganggu kegiatan utama dimasjid, yaitu shalat, karena semua kegiatan ini akan dilaksanakan dalam jeda/tenggat antar waktu shalat.

Hal itu bahkan akan memudahkan umat dalam pelaksanaan shalat tepat waktu, right after the calling azan, suatu hal yang dipersyaratkan dalam shalat yang khusyuk.

Ingatlah dahulu Rasulullah mengumpulkan para sahabatnya di masjid untuk menyampaikan wahyu dan tarbiyahnya.

Ditilik dari segi sosial, shalat berjamaah yang kita lakukan, adalah juga sebagai gambaran dari interaksi kita dengan para jamaah lainnya,yang berarti adalah proses pembelajaran juga.

Interaksi ini hendaknya tidak berhenti pada selesainya rukun shalat.

Look at your right and look at your left? who are they, what are they feeling? Lihat itu siapa di kananmu, lihat itu siapa di kirimu. Inilah esensi dari akhir kegiatan shalat, yaitu salam.

Kenalilah ia, tanyalah apa kebutuhannya. Siapa tahu ia adalah mitra bisnis anda yang membutuhkan orang untuk menitipkan modalnya!

Atau siapa tahu dia adalah saudaramu yang sudah tiga hari tidak makan, atau bahkan ia adalah calon guru bahasa arabmu yang akan mengajakmu pergi ke Mesir dan Mekkah, hehe.

Memang tidak selalu bisa kita lakukan hal itu secara individual setiap saat, terlebih di masjid yang besar, dengan jamaah yang membludak, seperti di masjid-masjid di kota ataupun di kampus-kampus Universitas-universitas Islam.

Akan tetapi ini bisa kita lakukan dengan cara mengenali secara umum, apa sih kebutuhan para jamaah.

Oh, misalnya mereka memerlukan tempat duduk untuk membaca buku atau berdiskusi. Maka sediakanlah tempat duduk atau biarkanlah dia duduk di tempatnya.

Ok, tempat duduk sudah ada, boleh jadi tempat duduk itu adalah tempat shalat juga. Tapi buku-buku yang dibacanya tidak ada, maka dalam hal ini Dewan Kesejahteraan Masjid hendaklah menyediakan buku-buku yang dibutuhkan.

Untuk yang tidak terbiasa membaca, maka adakanlah tabligh dan tadabbur, atau liqo, agar mereka dapat mendengarkan khabar-khabar baik dari Alquran, insya Allah mereka lama-lama akan suka mecari ilmu dan mau tidak mau akan membaca buku juga.

Jika ada jamaah cilik yang “aktif” sehingga sulit diatur, janganlah mengecap mereka “anak nakal”, apalagi membuat mereka jera datang ke masjid.

Buatlah kegiatan yang menyenangkan untuk mereka, mungkin dengan cara mengumpulkan mereka setiap minggu untuk kegiatan mendo ngeng atau outdoor activities yang disisipi dengan nilai-nilai moral (agama), atau dengan cara pembimbingan langsung dari orang tua/pendampingan di saat shalat jamaah berlangsung.


Shalat berjamaah sebagai proses sosialisasi

Sebagai seorang makmum, kita dituntut untuk menghilangkan kejumawaan kita sebagai diri sendiri, karena kita adalah bagian dari jama’ah, atau kelompok.

Bayangkan jika kita berdiri saja, sementara imam sudah rukuk atau sujud. Atau ketika imam menengok ke kanan, tapi kita menengok ke kiri. Berarti kita tidak kompak. Tidak berada dalam sebuah komando.

Ketika imam membacakan sebuah doa, kita akan mengaminkannya sebagai tanda bahwa kita setuju dan kita ikut serta dalam harapan akan mendapatkan kebaikan yang sama yang dibaca- kan imam.

Karena masjid adalah tempat untuk bersatu dalam kebaikan, maka buatlah kegiatan kebaikan sebanyak-banyaknya dalam mesjid.

Berbahagialah bagi para pengelola mesjid yang membuka TPA, perpustakaan, media room, tabligh yang terjadwal, dsb

Kedengarannya sangat ideal ya? Mungkinkah bisa dilaksanakan di mesjid-mesjid di desa, di dusun ataupun di mesjid di lingkungan kumuh?

Saya berharap bisa. Asalkan ada kemauan, dan mulailah dari yang termudah.


Ada sebuah masjid di bilangan Ciputat, tangerang yang saya lihat sudah hampir
memenuhi harapan ini.

Selain kegiatan rutin shalat lima waktu, mesjid itu diramaikan oleh kegiatan-kegiatan lain yang sangat menunjang semangat para jamaahnya untuk menjalankan ibadah , baik syariah maupun muamalah.

Setiap sore sesudah ashar anak-anak kecil dan remaja mengaji di masjid itu. Seminggu sekali pada hari Ahad sore para pelajar SD dan SMP mengikuti kegiatan pramuka dibimbing oleh kakak-kakak yang sudah SMA.

Setiap pekan ada kegiatan silat bagi mereka yang berminat. Belum lagi pengajian ibu2 di ahad pagi dan pengajian bapak2 di malam harinya.

Dalam kegiatan shalat berjamaah, mesjid ini nampaknya selalu dipenuhi jamaah terutama pada hari libur. Orang tua, laki-laki dan perempuan, anak-anak dan remaja berjamaah dengan tertib dan khusuk.

Itu adalah hal yang sangat langka, anak anak kecil di masjid biasanya sulit diatur. Acapkali anak-anak mengganggu kekhusukan orang tua dalam beribadah karena mereka suka bercanda bahkan ribut di masjid.

Tampak beberapa ibu membawa bayi dan balita mereka. Tanpa sungkan mereka menggendong anak-anaknya ambil shalat jika anak-anak itu menangis.

Para ayah mendampingi anak-anaknya di shaf-shaf makmum sehingga komposisi makmum tidak selalu orang tua di depan dan anak anak di belakang, tetapi orang tua-anak berdampingan.

Hal ini menghindarkan terjadinya “gangguan kecil” yang tak jarang membuat bapak-bapak dan ‘engkong-engkong’ murka.

Pada bulan puasa, aktifitas mesjid meningkat lebih tinggi lagi. Buka puasa, I’tikaf, tadarus dan Pesantren Kilat, dsb.

Singkatnya, mesjid tersebut menurut saya sudah cukup ideal.
Sayang, mesjid yang saya ceritakan adalah mesjidnya LDII. Lho Kok? kenapa emang?


What’s your opinion, guys? (bersambung)

Ciputat 2011

9 komentar:

eenk mengatakan...

mungkin para ulama & mubaligh kita harus banyak belajar dari pengurus masjid ini, dan tentunya kita juga harus banyak belajar dari jamaah masjid ini gmn caranya meramaikan masjid.

e-ndoh mengatakan...

makasih bang Eenk dan teh Neng, eh gimana honeymoon-nya? semoga menjadi pengantin yang sholeh... dan dikaruniai anak-anak yang shaleh-shaleha

Unknown mengatakan...

inna buyutii fil ardhi al masaajidu wa inna zuwwaarii fiihaa 'ummaaruhaa sesungguhnya rumah-rumah-Ku di bumi adalah masjid-masjid dan sesungguhnya tamu-tamu-Ku adalah orang-orang yang memakmurkannya. Hadits Qudsi.

Unknown mengatakan...

pemakmur/ta'mir/jama'ah masjid adalah mereka yang akan mendapatkan jaminan dan jamuan Allah. jamuannya tentu bukan layaknya jamuan yang disuguhkan pribumi kepada tamu, akan tetapi shalawatun min robbihim dan hidayah-Nya (ulaaika 'alaihim shalawaatun min robbihim, wa ulaaika humul muhtaduun)jamuan berupa keberkahan yang tak berbatas dan tak bertepi, luaas tak berujung tak berpangkal, banyak tak berbilang, tak akan pernah berhenti karena shalawat itu artinya berkah, berkah artinya saeutik mahi/cukup, loba bisa mere maweh ka sasama. hidayah, petunjuk yang bukan hanya sekedar tutunjuk curuk, tetapi dia merupakan penerang jalan bagi siapapun yang tersesat, hidayah, shirath al mustaqiim, siraathalladziina an'amta 'alaihim, ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalliin.

Unknown mengatakan...

terus, anak-anak harapan agama, adalah anak-anak yang bukan saja anak-anak biologis tetapi mereka menjadi anak-anak spiritual yang tangguh jasmani ruhani. masjid adalah salah satu madrasah untuk mencetak anak-anak spiritual tadi. karena masjid bukan hanya tempat tawadhu'nya dalam beibadah paraorang tua, akan tetapi juga tempat pengkaderan generasi spiritual. masalahnya adalah, bagaimana orang tua tidak merasa terusik dzikirnya, tidak terganggu rutinitas ritualnya oleh kelucuan dan kelincahan dzurriyah? kompleksitas problem memang, yang semua mesti terlibat untuk mendinamisasi keadaan. anak-anak, orang tua, asatidzat dan para ulama, masyarakat dan umara.

Unknown mengatakan...

ketika Nabi saw. bersama para sahabat muhajirin sampai di Yatsrib saat hijrah dari Mekkah ke Madinah, sesampai di Kuba, justeru wakaf anak yatimlah yang disetujui dan diterima untuk di bangun sebuah masjid di atas lahan itu. Bukan tidak ada kaum anshar yang siap setiap saat untuk berwakaf, justeru kaum anshar pa hayang-hayang mewakafkan tanahnya untuk di atasnya di bangun sebuah masjid. tentu bisa ditebak lasan Rasulullah saw menerima wakaf dari anak yatim tersebut, yaitu selain untuk menghentikan perselisihan kaun anshar anu pa hayang hayang ngawakafkeun tanahnya, juga sekaligus memberikan uswah, bahwa siapapun boleh dan sangat indah berwakaf termasuk wakaf dari anak-anak yatim sekalipun.

Unknown mengatakan...

perlu di ingat pesan Allah Yang Maha Agung dengan segala firman-Nya dalam surat 9 (bara-ah/attaubah) : maa kaana lilmusyrikiina an ya'muruu masaajidalloohi syaahidiina 'alaa anfusihim bil kufri ulaa-ika habithath a'maaluhum wa fin naarihum khooliduun. innamaa ya'muru masaajidalloohi man aamana billaahi wal yaumil aakhiri wa aqoomash sholaata wa aataz zakaata wa lam yakhsya illalloh, fa ulaa-ika an yakuunuu minal muhtadiin. tiada pantas bagi orang-orang musyrik memakmurkan masjid, masjid di guakan untuk kemusyrikan, karena mereka menyaksikan kekufuran atas diri mereka, amal-amal mereka sia-sia, dan dalam neraka mereka kekal. hanya sanya yang memakmurkan masjid-masjid allah itu orang-orang yang beriman kepada allah dan hari akhirat, mereka menegakkan shalat, mengeluarkan zakat, dan tidak ada yang ditakuti kecuali allah, harapan mereka adalah petunjuk dan mendapatkan petunjuk hidayah allah. allaahu a'lam bi al shawaab

Unknown mengatakan...

do'a masuk masjid ; bismillahirrahmanirrahiim. alloohumma shali 'alaa muhammad wa 'alaa aali muhammad, allohummaftahlii abwaaba rohmatika (ya Allah robb kami, berikanlah salam kesejahteraan kepada rasul junjunan kami, Muhammad saw dan keluarganya; Gusti Allah, buka dan lebarkanlah pintu rahmat-Mu untuk kami). sebaiknya orang masuk mesjid dalam keadaan tak berhadats; kaki kanan dahulu masuk, lakukan bersunnah dengan melakukan shalat tahiyyatul masjid dua raka'at (laa yaq'udanna hatta yusholliya rok'ataini, hadits), pada raka'at pertama setelah fatihah baca surat al kafirun dan surat al ikhlash pada raka'at kedua.

Unknown mengatakan...

usai melakukan peribadatan di dalam mesjid, bersunnahlah dengan membaca do'a : alloohumma shalli 'alaa Muhammad, wa 'alaa aali Muhammad, Alloohummaftahlii abwaaba fadhlika (.............wahai Robb kami, Alloh, bukakanlah dan lebarkanlah pintu fadhilah/keutamaan bagi kami), semoga ......