Minggu, 20 September 2015

Kepuh


Saya masih mencium harumnya bau cengkih Kepuh yang semerbak, ngampar di SEMUA halaman rumah orang2, sebelum pak Harto menebas seluruh cengkih kepuh Janaka dan cengkih di Indonesia hanya karena sayang Tomi dengan monopoli dan cengkeraman KPPC-nya

Saya masih ingat drama di Sekolah MA yg diperankan oleh Baidhowi kasep sebelum kematiannya..

Saya tidak akan lupa Hj Samsu Haji Malik yang kaya raya

Keramahan Ibu Haji Samah dan Ibu Hindun yang bersahaja...


cai tampian kepuh yang jauuuuuuuh di lebak saya turuni.

Pulangnya bawa seeng herang lewati undakan tanah menanjak saya daki

Hanya ada pengecualian di musim hujan dimana bak-bak penampungan penuh
menggembirakan orang2 kepuh
Dulu
Kekayaan dan kebersahajaan terpadu

Sebelum ada teknologi canggih
Silaturahmi kami-Majau-Janaka- Kepuh.. malah terjalin sangat baik


 Entah perubahan membaik atau sebaliknya
Saat kopi,cengkeh, tangkil tiba-tiba menjadi sangat murah

Kami orang kampung
hanya mengusap dada
Saat hasil bumi kami hanya dihargai setengah dari biasanya
atau kurang dari itu bahkan..

Cengkih kopi Tangkil kalapa
Mulanya indah berkilauan
Tiba -tiba jadi hampa tanpa makna

Dalam ketidak mengertian yang naif
Mahasiswa pulang kampung pegang cangkul atau ngojeg kerana emab nggak lagi kirim wesel

Petani tak lagi bersemangat menanam
Kopicengkehtangkilkalapa dituar
Dijual batangnya tak seberapaharga

Majau Janaka Kepuh kerontang
Air sungai nyerekcek perlahan saat
Senyum manis gadis jejaka kampung lenyap

Berduyun lelaki-lelaki muda potensial
Memenuhi pabrik ban dan sendal
Terpenjara-terkurung upah alakadarnya...

Tidak ada komentar: