Minggu, 20 September 2015

Khalil Gibran,
 Are you With Me ?

Aku bergegas pulang. Pasti anak2ku menungguku. Tentengan kresek berisi sayur dan buah2an kujinjing di tangan kanan dengan hati yang ringan. Tak ada rasa berat walopun semangka bulet itu memiliki massa 3,2 kilogram mengingat anakku suka sekali buah semangka.
Tetesan darah ikan lele segar menetes-netes dari kantong kresek di tangan kiriku.
Terbayang pecel lele nanti malam yang akan di topping sambal pecak plus garnish kemangi dan pete bakar yang akan menyemarakkan "candle light dinner" kami yang romantis.
Ya. Hari ini anakku ulang tahun. I can't wait that moment. Remaja dia kini, suatu fase penting di kehidupannya yang layak kami rayakan.
Kami akan berebut sambal dan colek2 lalapan hijau sambil berdebat siapa yang wajib mencuci piring sebelum tidur malam ini.
Oya, tak lupa kubeli juga kacang tanah buat direbus. Kami akan mengemil kacang rebus sebagai appetizer sebelum main course terhidang. What a day it would be !!
Sampai di rumah, aku mengucap salam dengan ceria. Tak ada jawaban. Kuulangi salamku.
Anakku keluar dengan telpon genggam di tangannya. Oh rupanya ia tak mendengar suaraku tadi.
Ia menyalamiku tanpa mengalihkan matanya dari hp di tangan kirinya.
Lalu ia kembali ke kamar. Ia tak menutup pintu kamar sehingga aku bisa melihat ia kembali terlentang dengan hp di tangannya.
Hening.
Kuletakkan belanjaanku di lantai dapur. Lele - lele yang masih setengah bernyawa itu bergerak2 mengeluarkan suara kssskk plastik pembungkusnya.
Suaranya krsssknya mendesau2 mendominasi keheningan ruangan di rumahku.
Kupanggil anakku. Pertama2 tidak terdengar karena ia memakai headset. Aku menghampirinya. Mencolek kakinya.
"Ya ma? Oh ya ya.. nanti ya maa. sabar..ya maa.." Ia kembali ke handphonenya . Tengkurap ia sekarang.
Aku kembali ke dapur. Tak sepenuhnya faham dengan jawaban anakku tadi. Tak sepenuhnya faham dengan suara hatiku.
Apa Kahlil?
Anakmu bukanlah anakmu?

Tidak ada komentar: