Minggu, 20 September 2015

Saat remaja.
(Majau 20 tahun lalu).
Seorang teman lelaki mengatakan akan datang ke rumah ibuku. Sebagai teman kami terbiasa saling berkunjung, ngopi- ngopi atau babacakan di bawah curug atau pinggir sungai.
Aku merapikan rumah kami yang sederhana, menyapu lantai dan mengelap meja kayu kami yang agak miring.
Kebetulan di halaman rumah kami ada melati sedang berbunga. Jarang2 ia berbunga di musim ini. Kupetik beberapa kuntum berikut tangkainya, dan kuletakkan di gelas belimbing yang sudah diisi air diatas meja miring. Lumayan .
Ia mewarnai ruang tamu kami dan dan mengalirkan aroma harum.
Saat aku ke dapur untuk menyiapkan makanan ringan, keponakan kecilku masuk dan dengan gembiranya memetik semua bunga putih harum itu, dan memamerkannya padaku.
"Bibi... aku punya mahkotaaaa..!" Katanya seraya merentangkan tangannya ingin memelukku. Aku terperanjat.
Rambutnya yang ikal sudah dihiasi bunga2 melati membentuk sebuah bandana.
Keceriaannya terhenti oleh sebuah cubitan yang mendarat di betisnya. Ia kaget dan air matanya berlinang. Aku kaget jg oleh responku yang spontan itu. Ia berdiri mematung.
Tak lama kemudian datanglah kawanku tadi berdua temannya. Aku beranjak ke depan diikuti keponakanku yang masih menangis tadi.
"Kenapa adik kecil menangis?" Kata temanku. Keponakanku mengedarkan pandangannya ke arah vas gelas belimbing. Aku juga ikut memandangnya.
Setangkai melati dan dedaunannya yang membisu. Air di gelas itu masih bening. Tak bergeming.
"Ooooh.. " dia lalu mengerti.
"Kamu memetik bunga2 itu?" Kata lelaki itu menunjuk meja. Keponakanku diam menunduk.
"Dan bibimu memarahimu?" Si gadis kecil mengangguk.
Lalu ia meraih gadis kecil itu. Dalam dekapannya ia mulai tenang. Lelaki itu berkata.
"Ssst sudah.. diamlah. Ternyata bibimu lebih sayang bunga melatinya daripada keponakannya."
(Dan akupun nyengir kuda)..

Tidak ada komentar: