Minggu, 20 September 2015

Agustusan
Aku tak dapat pejamkan mata. Sepatu kain yang baru siang tadi diwantek hitam bertengger dengan gagah diatas meja.
Aku tak sabar menunggu esok. Badan lelah setelah melakukan pekerjaan seharian tadi tidak terasa. Biasa.. kalau kita semangat adrenalin akan meningkat.
Setelah mewantex dan menjemur sepatuku yang mulanya berwarna putih itu , aku menyeterika rok hijau dan kemeja putih seragam madrasah kami, Madrasah Mathlaul Anwar.
Kemudian aku membantu ayahku mengecat pagar bambu depan rumah. Pagar bambu setinggi betis orang dewasa itu terlihat cantik kini.
Semua pekarangan rumah memiliki pagar bambu, dan semua pagar itut dicat (baca:dikapur) putih, menandakan perayaan besar Agustusan kan segera tiba.
Sepanjang jalan, tak trkecuali dari mulai RK (Rukun Kampung) sampai Kabupaten berpagar kapur putih, sebuah cara sederhana yang memperlihatkan kekompakan dan kerapihan cara hidup kami saat itu.
Semua halaman dibersihkan. Umbul-umbul warna warni dipasang dan bendera merah putih dikibarkan.
Ya, hanya Agustusan yang bisa menyaingi ramainya Lebaran. Kami bahkan saat itu boleh membeli baju seragam sekolah baru, agar jika baris berbaris nanti terlihat lebih rapi, lebih bersih, dan berwibawa.
Hari yang dinantipun tiba . Setelah berkecipak kecipung di sungai Ci Majau yang bening, àku segera bersiap. Seragam kukenakan, lengkap dengan kaus kaki putih dan sepatu hitam.
Priiiiiit....
Peluit pemimpin barisan melengking. Siaaap grakk.. Lencang kanan grakk
Jalan ditempaaaat.. grakk
Majuuuuuu... Jalan!!!
Hap hap hap....
Dengan bangganya kami berbaris rapi. Sambil menyanyikan lagu-lagu perjuangan kàmi melewati Legok Haur, Cinangka, Pamatang, Ganjur, nanjak ke Ciandur, lalu sampailah kami di Kecamatan.
Derap kaki kami mengepulkan debu di Jalan tanah Majau-Saketi . Menghentak meninggalkan jejak semangat kemerdekaan
Ibu2 dan anak2 melambaikan tangan. Kami membalas lambaian mereka. Terselip rasa bangga menjadi bangsa yang merdeka dan berkedaulatan.
Maju Tak Gentar..
Membela Yang Benaar...
Sorak Sorak Bergembira
Bergembura Semua...
Sudah bebas negeri kita
Indonesia Merdeka..
Tak kurang dari sepuluh Sebelas lagu Nasional kami dendangkan sepanjang jalan. Tak terasa 5-7 KM perjalanan kami lewatkan.
Sampailah kami di Kecamatan. Kecamatan kami, Saketi, yang dari dulu sampai sekarang selalu sepi, akan berbeda di hari Agustusan. Hari Kebanggaan.
Saat kami datang, suasana lapangan upacara sangat ramai. Semua siswa sekolah sekecamatan berkumpul disana. membentuk barisan mengelilingi tiang Bendera Merah Putih.
Tak penting dan kamipun tak ingat secara detil petuah bapak Camat pada pidato Agustusan. Yang kami ingat adalah semangat yang berbeda pada hari itu. Semangat Patriotisme.
Dan yang tak kalah penting adalah saat-saat setelah bubar barisan. ( Kini aku kuatir jangan-jangan ini alasan utama yang membuatku lebih bersemangat).
Kami berpencar menyambangi para pedagang makanan; es tiir yang ditangkep batok lalu disiram sirop merah menyala, es cendol gula merah, tebu yang dibentuk seperti bunga (ditusuk dengan lidi bambu), urab jengkol dan penganan khas desa lainnya..
Kami bela - beli sesuai uang jajan yang diberikan orang tua kami. Tak penting berapanya . Yang jelas kami sangat berbahagia, dan pulang dengan gagah serasa sebagai seorang pahlawan.
Wuih.. The unforgettable experience !!!

Tidak ada komentar: