Minggu, 20 September 2015

Curang!
Seringkali siswa mengeluhkan metoda pembelajaran yang diterimanya di kelas.
Anak pertamaku, saat itu kelas 2 SD menggerutu karena gurunya selalu menyuruhnya menulis.
Anakku yang tulisannya tidak rapi selalu mendapat teguran dobel dari gurunya itu;
Pertama ia lama menulis, kedua tulisannya tidak rapi.
Alih-alih gembira pulang dari sekolah karena dapet ilmu, ia malah mutung dan bilang tidak mau sekolah lagi.
"Jangan Malas". Tulis gurunya setiap hari. Aku dan suamiku selalu membaca oleh-oleh komentar dibawah tulisan anakku yang belum selesai itu.
Toh, notification itu tidak membuat anakku berubah. Ia bahkan berbalik menyalahkan gurunya yang terlalu banyak menulis di papan tulis. Nah lo..
Saat SMA, beberapa kali ia mengantarkan adiknya yang masih SD ke sekolahnya. Ia memperhatikan cara guru sang adik dalam mengajar.
Ia melihat begitu berbeda metode yang dilakukan guru si adik dengan apa yang didapatkannya saat SD . Terlebih2 di SMP dan SMA.
Guru tersebut mengawali harinya dengan mengajak siswa duduk melingkar dilantai. Sang guru, setelah menertibkan cara duduk siswa, mengajak anak2 bercakap-cakap; mulai dari hal2 yang ringan sampai yang serius.
Misalnya yang ringan : Siapa yang tadi pagi peluk mama /dipeluk mama sebelum berangkat?
Atau Apakah kalian senang/sebel/sedih /nangis pagi ini?
Misalnya yang serius: Siapa yang tahu 100-1 ?
Atau :Siapa presiden pertama RI?
Setelah itu sang guru memberinya pujian dan sesekali bintang.
Dia perhatikan siswa mulai aktif bercerita dan bertanya. Lalu sang guru merespon dan menasehati. Maka pembelajaranpun tak terasa mengalir seperti air bening.
Murid tidak sadar bahwa dia sedang belajar. Tahu-tahu sudah siang dan waktu pulangpun datang.
Huh.. curang.. katanya kepada sang adik.

Tidak ada komentar: