Minggu, 20 September 2015

We are poor and still alive

Ada istilah " I'm single and very happy" yang dipopulerkan oleh pemusik dan vokalis Oppie Andaresta untuk menangkis tudingan bahwa para jomblo's atau single parents senantiasa berada dalam keadaan galau.
Istilah itu sudah biasa terdengar dan orang mafhum sehingga tidak aneh lagi jika kita mendengarnya.
Yang bikin aku takajui- kajui adalah ungkapan spontan yang diucapkan anak ke-3 ku tadi pagi :"Im poor and still alive."
Maksutnya?
#######
Saat kuhidangkan tempe goreng, anakku mengambil kemasan sachet saus cabe untuk dicocol si tempe.
"Eitt... Jangan kak.." sergah adiknya. "Itu saos udah expired" kata sang adik.
Si Kakak tak acuh. Dia tetap melanjutkan makan tempe saos dengan lahapnya.
"Huah.. huah.. " seuhahnya. Si adik mengambil bungkusan saus lalu memperlihatkan tanggal kedaluarsa di luar kemasannya.
"Tuh.. kak, lihat !" katanya serius.
"Nggak apa apahh.. hah.. masih pedess kok" cueknya.
"Bahaya tauu " kata si adik yang berumur 11 tahun.
"Nggapapa diiik.. baru setengah bulan " si kakak meyakinkan tanpa penjelasan ilmiah.
"Tuh.. mamah juga suka beli buah second" kata kakak lagi menengok ke arahku tanpa tedeng aling-aling.
Baiklah aku mengaku a.. aku beberapa kali membeli buah yang sudah didiskon 50 persen di TOSERBA.
Kau tahu kawan? di Giant atau Ramayana suka ada buah afkir, dikupas, dipotong2 dikemas lagi dengan apik, lalu dijual setengah harga.
"Buktinya, kita masih hidup !." kilahnya.
Sambil tersenyum manis si kakak bilang
" Don't worry sista.. we are poor, and still alive !" katanya sambil mencocol potongan tempe goreng terakhir, dan beranjak.
Seuhahh.. seuhah...
Hah?
(Enjoying the Traffic Jam
D-01 Ciputat-Pondok Pinang Jumat Pagi)

Tidak ada komentar: